Budidaya Padi dengan Masukan In Situ Menuju Perpadian Masa Depan
Lingkungan pertanian terus mengalami perubahan akibat kurang tepatnya penerapan teknologi (varietas unggul, sarana produksi, alsintan), berkurangnya lahan pertanian, ketidakcukupan input (pupuk kimia anorganik dan pestisida) dan air. Ketergantungan terhadap perluasan areal panen mungkin akan sulit ditempuh bagi usaha tani padi, karena lahan subur akan semakin diperebutkan penggunanya oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi dari pada padi. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi akan tetap menjadi andalan dalam produksi padi. Namun tuntutan akan kecukupan produksi beras masa kini mengharuskan produktivitas padi pada level yang tinggi sekitar > 6 t GKG/ha yang tidak mungkin dicapai oleh masukan organik semata.
Kondisi
lingkungan pertanian di Indonesia terutama padi sawah sebelum tahun 1960-an
masih sedikit sekali menggunakan pupuk kimia dan lebih mengandalkan kesuburan
tanah secara alami dengan pengelolaan bahan organik yang tersedia secara in situ (di lokasi setempat). Sistem pertanian
seperti ini masih alami, sehat, bersih dan berkelanjutan. Adapun ciri-ciri
sistem budidaya padi pada masa lalu yaitu;
- Produktivitasnya masih rendah
- Pengairan yang cukup
- Umur panen lama (±6 bulan
- Lingkungan pertanian masih di dominasi oleh vegetasi alam
- Bertanam padi bertujuan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga
- Kebutuhan beras nasional masih rendah sementara kebutuhannya semakin meningkat
Namun
pada masa mendatang kondisi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan
nasional akibat dari bertambahnya jumlah penduduk yang menuntut produktivitas
dan produksi padi yang lebih tinggi. Dengan adanya ketersediaan pupuk kimia dan
varietas unggul, kenaikan produktivitas dan produksi padi dapat mengimbangi kenaikan kebutuhan beras nasional
maka pertanian alamiah berubah menjadi pertanian modern. Adapun ciri-ciri dari
pertanian modern;
- Produktivitas padi 4,54 t GKG/ha
- Umur panen lebih singkat (± <135 hari)
- Ketersediaan air terbatas
- Permasalahan hama dan penyakit meningkat
- Kebutuhan pangan nasional meningkat
Pertanian
modern dianggap mencemari sistem pertanian alami sehingga muncul keinginan dan
upaya untuk mengembalikan pertanian alami (masa lalu) yang produknya sehat, sistem
lingkungan yang sehat dan stabil dengan produktivitas yang tinggi. Oleh sebab
itu muncul istilah “padi organik” yang tidak menggunakan pupuk kimia yang
dianut oleh System of Rice
Intensification (SRI).
Pada
pertanian di masa mendatang terdapat isu pencemaran dan degradasi lingkungan,
perekonomian global, dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Kondisi tersebut
dapat digambarkan seperti;
- Ketersediaan air terbatas, baik dalam jumlah maupun kualitasnya
- Meningkatnya populasi penduduk mengakibatkan tingkat konsumsi beras meningkat namun luar areal pertanaman padi sawah semakin sempit
- Pupuk organik semakin mahal
- Adanya keharusan input pada usahatani padi
- Iklim yang tidak menentu
- Penggunaan lahan lebih mengarah ke lahan suboptimal.
Kebutuhan
masukan tanaman padi pada masa lalu terbilang masih rendah, sebab lebih banyak
menggunakan bahan organik yang tersedia secara in situ untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman karena hasil padi
masih rendah (≤ 3 t GKG/ha). Pada tingkat produktivitas 3 t/ha, kebutuhan hara
utama N, P, K pada tanaman padi sebesar ±90 kg N, ±10 kg P, ±76 kg K/ha. Jumlah
hara tersebut dipenuhi selama pertumbuhan (umur) tanaman ± 6 bulan (sekitar 180
hari). Kecepatan penyerapan hara N, P, K pada tanaman padi rata-rata 0,54 kg
N/ha/hari, 0,06 kg P/ha/hari, dan 0,44 kg/ha/hari. Jumlah hara yang digunakan
relatif rendah sebab dapat dipenuhi dari tanah, air irigasi, air hujan, bahan
organik (sisa-sisa tanaman, kotoran ternak, hasil panen), fiksasi N dari udara,
mikroba tanah, dan sebagainya. Pada pertanian masa lalu hanya panen sekali
setahun, sehingga petani mempunyai waktu untuk mengelola bahan organik seperti
mengumpulkan sisa-sisa panen, menyebarkan di lapangan, dan dibiarkan melapuk
hingga menjadi kompos sebelum musim tanam berikutnya (dibera).
Sedangkan
pada pertanian masa kini, kebutuhan hara tanaman lebih banyak karena tingkat
hasilnya tinggi dan kecepatan penyerapannya juga cepat karena umur tanaman yang
lebih singkat. Kebutuhan hara tanaman padi masing-masing sebesar ± 135 kg N, ±
15 kg P, dan ± 81 kg K/ha selama empat bulan dan kecpatan penyerapan hara
tanaman padi masa kini rata-rata sebesar 1,1 kg N/ha/hari, 0,12 kg/ha/hari dan
0,7 kg/ha/hari yang dua kali lebih cpat dibandingkan dengan penyerapan hara
tanaman padi masa lalu. Pertanaman padi masa kini diusahakan dua kali setahun,
dimana masa bera tidak cukup lama untuk mengelola bahan organik.
Budidaya Padi Masa Depan
Pada
masa mendatang peran bahan organik berupa residu tanaman, kompos, kotoran
ternak, limbah rumah tangga (terutama yang tersedia secara in situ) dan jasad renik (mikroorganisme) menjadi sangat penting. Pada
masa mendatang, budidaya padi dengan masukan organik harus bisa memberikan
produktivitas yang lebih tinggi karena kebutuhan beras yang terus meningkat. Untuk
itu persyaratan sebagai usahatani yang ramah lingkungan perlu dipenuhi;
- Terjaganya kelestarian keragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota alamiah
- Terpeliharanya sumber daya lahan pertanian secara fisik, organik, dan kimiawi
- Lahan dan lingkungan terhindar dari pencemaran residu kimia
- Terpeliharanya produktivitas lahan secara berkelanjutan
Dengan
penambahan bahan organik matang, tanaman tidak akan mudah mengalami kekeringan
dan kebutuhan air berkurang sehingga air dapat dimanfaatkn untuk areal yang
lebih luas. Manfaat dari penambahan organik adalah;
- Sebagai perbaikan sifat fisik tanah, menyimpan air lebih banyak, mengurangi penguapan, membuat kondisi tanah mudah untuk pergerakan akar tanaman
- Sebagai media tumbuh mikroorganisme tanah seperti organisme penambat N udara, pelarut P, dan sebagainya
- Menyediakan hara makro dan mikro bagi tanaman
- Secara fisiko kimia dapat menetralkan keracunan Al3+, Fe2+, menambah ketersediaan hara mikro, meningkatkan daya tahan kation (KTK) maupun anion (KTA)
Selain
memiliki manfaat lebih namun terdapat kekurangan pada bahan organik seperti;
- Diperlukan dalam jumlah banyak (bulky)
- Tidak dapat digunakan sebagai pupuk susulan seperti urea
- Pada tanah yang berdrainase buruk dapat menambah kondisi reduktif yang berpotensi terjadinya keracunan besi, Mn, pembentukan gas H2S, asam-asam yang bersifat toksik bagi tanaman
- Bahan organik yang masih mentah perlu menyerap N tersedia tanah, sehingga tanaman menjadi kahat N
- Meningkatnya emisi gas metan, yaitu salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan bumi
Bahan
organik adalah media tumbuh dari jasad renik, sedangkan dengan adanya jasad
renik dapat menambah manfaat dan bahan organik itu sendiri. Diperkirakan pupuk
hayati (jasad renik) dan bahan organik menjadi sangat penting bagi petani untuk
memperoleh hasil tanaman yang tinggi dan diimbangi dengan penyediaan hara yang
banyak. Sumber hara untuk pertanian masa depan akan banyak memanfaatkan
cadangan mineral dalam tanah. Selama ini mineral tanah tidak diperhitungkan
sebagai sumber hara tanaman, karena ketersediaannya yang sangat sedikit dan
pelepasannya lama atau lambat. Namun apabila terdapat mikroorganisme tanah yang
dapat mempercepat pelepasan unsur hara dari mineral tanah menjadi bentuk-bentuk
yang tersedia bagi tanaman, maka mineral sangat berarti sebagai sumber hara
bagi tanaman dan tersedia secara in situ.
Sedangkan pada masa kini masing menggunakan pemanfaatan pupuk hayati dan
fitohormon (PPC/ZPT) namun memiliki kelemahan seperti;
- Kualitasnya rendah
- Tidak konsisten pengaruhnya terhadap tanaman di lingkungan yang beragam
- Aplikasinya belum praktis
- Tidak terintegrasi dengan komponen lain
Budidaya Padi Masukan In Situ
Pemanfaatan
bahan organik in situ untuk budidaya
tanaman padi pada masa mendatang akan menjadi faktor utama, sebab penggunaan pupuk
urea dapat dihemat atau lebih efesien tanpa mengurangi produktivitas padi. Budidaya
padi di masa mendatang perlu menerapkan PTT-organik atau semi organik,
diintegrasikan dengan ternak, dalam SITT (Sistem Integrasi Tanaman-Ternak) yang
merupakan pengembangan dari modl PTT dengan mengutamakan pemanfaatan bahan
organik sebagai komponen utamanya.
Pada
prinsipnya pertanian padi sawah pada masa mendatang harus memaksimalkan penggunaan
bahan organik atau menyediakan bahan organik secara in situ dan menekan penggunaan pupuk kimia anorganik. Pengelolaan hara
pada model PTT organik atau semi organik mengutamakan penggunaan kompos jerami
sebagai sumber K atau sebagai pengganti sebagian atau seluruh KCL. Pemberian pupuk
kandang sebagai sumber N, P, K, Ca atau setara dengan pupuk majemuk. Pupuk hijau
dimanfaatkan sebagai sumber hara N dan pupuk hayati digunakan untuk menambah
ketersediaan hara N dan P. pengendalian organisme pengganggu dalam model PTT
organik atau semi organik mengutamakan penggunaan biopestisida atau
pengendalian secara manual. Sedangkan pengendalian gulma dilakukan secara
manual dan dengan pengaturan tinggi genangan air.
Namun
permasalahan pada model PTT, tidak semua wilayah pertanian dapat mencukupi
kebutuhan bahan organik dengan berbagai alasan, seperti biaya angkut yang
mahal, tidak nyata meningkatkan produktivitas karena kondisi lahan berdrainase
buruk. Salah satu solusinya adalah dengan penanaman leguminose sebagai tanaman
penyelang untuk mengatasi mahalnya biaya pengangkutan. Setisp daerah memiliki
sumber bahan organik meskipun berbeda, namun seringkali penggunaannya belum
efesien karena perlu tenaga dan biaya yang besar dengan manfaat yang belum
diyakini oleh petani.
Permasalahan
tentang pentingnya manfaat bahan organik bagi tanaman perlu dikampanyekan mulai
dari sekarang. Sumber bahan organik harus disediakan secara in situ melalui perbanyakan oleh
kelompok-kelompok tani. Penyuluhan dan peningkatan keterampilan petani dalam
pemanfaatan bahan organik juga perlu dibina. Perlu penyempurnaan pengolahan
bahan organik, pupuk hayati dan ZPT untuk medukung penerapan budidaya padi masa
mendatang kemudian melalukan penyuluhan ke petani/kelompok tani dalam mengelola
bahan organik in situ dan pupuk
hayati perlu menjadi agenda yang diprioritaskan dengan begitu dapat
mempercepat penerapan sistem budidaya
padi masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Komentar
Posting Komentar